Selasa, 16 April 2013

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN MYOMA UTERI



ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “H” DENGAN MYOMA UTERI

DI POLI KANDUNGAN RSUD DR SOETOMO

SURABAYA











OLEH :

ANANDA DITA MURIAWATI

NIM P2782418005





















 KEMENTERIAN KESEHATAN  RI
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO SURABAYA



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal jiga istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid (Saiufuddin, 1999).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999).
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata, 1988). Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
Walaupun biasanya asimptomatik, leiomyomata dapat menyebabkan banyak problema termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit bahkan infertilitas. Memang, perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak untuk dilakukan histerektomi.

1.2  Tujuan
1.2.1   Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2   Tujuan Khusus
1.2.2.1   Mahasiswa mengerti mengenai pengertian myoma uteri
1.2.2.2   Mahasiswa mengerti mengenai macam-macam myoma uteri
1.2.2.3   Mahasiswa mengerti mengenai tanda dan gejala myoma uteri
1.2.2.4   Mahasiswa mengerti mengenai etiologi myoma uteri
1.2.2.5   Mahasiswa mengerti mengenai patofisiologi myoma uteri
1.2.2.6   Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanaan myoma uteri
1.2.2.3   Mahasiswa mampu membuat konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu pro laparotomy myoma uteri
1.2.2.4   Mahasiswa mampu membuat pengkajian data pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.5   Mahasiswa mampu membuat diagnosa/masalah pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.6   Mahasiswa mampu membuat identifikasi diagnosa potensial pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.6   Mahasiswa mampu membuat identifikasi kebutuhan segera pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.7   Mahasiswa mampu mengembangkan rencana/intervensi pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.8   Mahasiswa mampu membuat implementasi pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.9   Mahasiswa mampu membuat evaluasi pada ibu dengan myoma uteri

1.3  Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Penulis mendapatkan pengetahuan tentang penulisan laporan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu dengan myoma uteri
1.3.2 Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang baik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian
2.1.1  Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat (Manuaba, 2001)
2.1.2 Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid (Prawirohardjo,1996)
2.1.3 Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa (Sylvia A.P, 1994)
2.1.4 Leiomioma adalah tumor uterus jinak tak berkapsul, berbatas tegas otot polos dengan beberapa elemen jaringan penyambung fibrosa (Taber, Ben Zion, 1994)
2.1.5 Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan komposisi jaringan ikat (http://hidayat2.wordpress.com diakses tanggal 30 Okt 2010, pukul 17.58 WIB)

2.2    Klasifikasi
2.2.1   Mioma Submukosum
Angka kejadiannya 5%. Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” yang sering mengalami nekrose atau ulserasi (Sastrawinata, 1988).


Gambar Klasifikasi Mioma uteri
 (Sumber: Faisal Yatim,2005)

Keterangan gambar :
2.2.2   Mioma Intramural
Mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol (Sastrawinata, 1988).
2.2.3   Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkai dapat menimbulkan torsi (Saifuddin, 1999).
2.2.4   Mioma Pedunkulata
2.3  Tanda dan Gejala
Mioma yang melekat ke dinding uterus dengan tangkai yang bisa masuk ke peritoneal atau cavum uteri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya tanda dan gejala adalah besarnya mioma uteri, lokasi dari mioma uteri dan perubahan terjadi pada mioma uteri (Manuaba, 2001).
Berikut ini tanda dan gejalanya, yaitu :
2.3.1   Perdarahan Abnormal
1.    Hipermenore
2.    Menorargia
3.    Metrorargia
4.    Menometrorargia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan amenia yang berat.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain:
1.    Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia. Endometrium sampai Adeno Karsinoma Endometrim.
2.    Permukaan Endometrium yang lebih luas dari bias
3.    Atrofi Endometrium diatas Mioma Submukosum
4.    Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
2.3.2   Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
1. Torsi bertungkai
2. Infeksi pada mioma
2.3.3   Gejala dan Tanda Penekanan
Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Sehingga dapat menyebabkan:
1.    Retensio urin pada uretra
2.    Edema tungkai dan nyeri panggul pada pembuluh darah dan limfe dipinggul
3.    Konstipasi
2.3.4   Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis submukosum, juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus (Prawiroharjo,1996)
2.3.5   Gejala-Gejala Sekunder
1. Anemia
2. Lemah
3. Pusing-pusing
4. Sesak nafas
5. Asites
6. Polisitemia

2.4    Etiologi
Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain:
2.4.1   Faktor Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri.
2.4.2   Faktor genetik
Mioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12.
2.4.3   Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 1996)
2.4.4   Faktor Pertumbuhan
Faktor pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos dan fibroblas, yang mengontrol proliferasi sel dan merangsang pertumbuhan dari mioma.
2.4.5   Umur
Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun.
2.4.6   Menarche Dini
Menarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali
2.4.7   Ras
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.
2.4.8   Riwayat Keluarga
Jika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar.
2.4.9   Berat Badan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada wanita yang memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh
 
2.5    Patofisiologi
Skema patofisiologi dari Myoma Uteri dapat dijabarkan sebagai berikut:



 

                            Skema Patofisiologi dari Myoma Uteri
 Sumber :  Sarwono Prawiroharjo, 1996

Keterangan:
Myoma awalnya dipengaruhi oleh faktor hormonal. Hormon yang berpengaruh adalah Estrogen. Estrogen setiap bulannya dikeluarkan oleh GnRH untuk proses ovulasi dan saat menstruasi. Apabila estrogen dikeluarkan dalam jumlah berlebih dan mengenai sel-se immatur otot yang ada pada rahim yang terjadi yaitu munculnya Myoma uteri. Maka dari itu, myoma uteri sering ditemukan pada wanita yang pada masa reproduksi dan sangat jarang ditemui pada wanita saat sebelum hamil. Selain faktor hormonal, myoma uteri berkembang karena faktor-faktor lain seperti umur, ras, menarche dini, keturunan, berat badan (Prawiroharjo, 1996)

2.6    Perubahan Sekunder pada Myoma Uteri
Perubahan sekunder pada Myoma Uteri ini didasarkan atas gambaran histopatologi dan terbagi menjadi 2 bagian besar:
2.6.1   Degenerasi Jinak
1.    Atrofi
Tanda dan gejala-gejala berkurang atau menghilang sesuai dengan ukuran myoma yang mengecil pada saat menopause atau sesudah kehamilan.
2.     Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut karena myoma telah menjadi matang. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen dimana tumor ini tetap berwarna putih tapi di dalamnya berwarna kuning, lembut bahkan seperti gel/agar-agar (bergelatin).
3.    Degenerasi Kistik (Likuifikasi)
Merupakan kelanjutan dari degenerasi kistik sehingga seluruh tumor menjadi mencair seolah-olah menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium. Stress yang fisikal dapat menyebabkan pecahnya tumor ini sehingga menyebabkan evakuasi isi cairan tersebut ke dalam uterus, rongga peritoneum dan ruang retroperitoneal. Dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
4.    Klasifikasi (Degenerasi membatu)
Myoma jenis subserosa yang tersering mengalami klasifikasi ini karena sirkulasi darah yang terganggu dan terutama pada wanita berusia lanjut. Hal ini terjadi karena presipitasi CaCO3 (calcium carbonate) dan fosfat sebagai kelanjutan dari sirkulasi darah yang terganggu itu. Dengan rontgen, dapat terlihat dengan jelas (opak) dan dikenal sebagai “ Womb Stone”.
5.    Degenerasi Merah (Red or Carneous)
Terutama terjadi pada kehamilan dan nifas dikarenakan trombosis vena dan kongesti dengan perdarahan interstitial (nekrosis sub akut) sehingga pada irisan melintang tampak seperti daging mentah dan merah yang diakibatkan penumpukan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Selama kehamilan, ketika degenerasi merah ini terjadi juga diikuti edema dan hipertrofi myometrium. Degenerasi merah ini merupakan degenerasi dan infark yang aseptik. Biasanya pada degenerasi merah juga menimbulkan rasa sakit yang biasanya akan sembuh sendiri dan tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Tanda dan gejala ini mirip dengan torsi tumor ovarium dan torsi mioma yang bertangkai. Komplikasi potensial dari degenerasi dalam kehamilan meliputi kelahiran preterm dan sangat jarang mencetuskan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation).
6.    Degenerasi Lemak (Myxomatous or Fatty)
Merupakan degenerasi asimtomatik yang jarang terjadi dan adalah kelanjutan dari degenerasi hialin dan kistik.
2.6.2   Degenerasi Malignansi/Sarcomatosa/Ganas
Myoma uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6% dari seluruh myoma serta merupakan 50-75% dari semua jenis sarkoma uteri. Kecurigaan malignansi apabila myoma uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran myoma pada menopause.

2.7    Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan myoma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis myoma uteri itu sendiri.
2.7.1 Konservatif dengan Pemeriksaan Periodik
Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa terutama bila myoma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya setiap 3-6 bulan pemeriksaan pelvic dan atau USG pelvic seharusnya diulang.
Pada wanita menopause, myoma biasanya tidak memberikan keluhan Bahkan pertumbuhan myoma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut Estrogen harus digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan myoma atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus diperiksa dengan pemerikaan pelvic dan USG pelvic setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita myoma uteri sering mengalami menopause yang terlambat. Bila didapatkan pembesaran myoma pada masa post menopause, harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi total.
2.7.2 Pengobatan Medikamentosa dengan GnRH
Pada umumnya, pengobatan mioma uterus dilakukan secara operatif (miomektomi atau histerektomi), karena dahulu memang belum ditemukan pengobatan medikamentosa yang efektif untuk mioma uterus. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan mioma dapat dipicu oleh estrogen, sehingga dewasa ini terlah tersedia jenis obat yang dapat menekan pertumbuhan serta mengurangi pembesaran mioma. Obat tersebut adalah analog GnRH. Perlu ditekankan bahwa pemberian GnRH bukan untuk menghilangkan mioma melainkan untuk mepermudah tindakan operatif dan mengurangi histerektomi. Oleh karena itu GnRH diberikan sebelum tindakan peratif. Penelitian multisenter dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uterus yang diberikan GnRH leuprolein asetat selama 6 bulan, didapatkan data sebagai berikut: selama penggunaan analog GnRH ditemukan pengurangan volume uterus rata-rata 67% , pada 90 wanita didapatkan pengurangan volume mioma uterus sebanyak 80%. Bila dilihat secara keseluruhan, maka rata-rata pengecilan mioma uterus terjadi sebanyak 44%.
Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan yang berarti. Setiap mioma memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH. Ada mioma uterus yang sama sekali tidak memberikan respon terhadap analog GnRH. Makin tinggi kadar reseptor estrogen suatu mioma, makin tinggi pula respon terhadap analog GnRH. Pemberian analog GnRH menyebabkan perubahan degeneratif dari mioma, sehingga sensitivitas steroid menurun. Setelah selesai pemberian analog GnRH, maka sintesis steroid yang tadinya terhambat, akan muncul kembali, sehingga 4 bulan setelah pengobatan, mioma membesar kembali seperti semula.
Mioma submukosum merupakan mioma uterus yang paling responsif terhadap pemberian analog GnRH. Mioma uterus yang kromosomnya menunjukkan penyimpangan dari yang normal merupakan mioma yang paling tidak responsif terhadap pemberian GnRH analog. Mioma subserosum merupakan mioma yang paling banyak mengalami penyimpangan, sehingga mioma jenis ini paling tidak responsif terhadap pemberian analog GnRH. Mioma submukosum dan intramural tidak banyak mengalami aberasi kromosom
Keuntungan pemberian analog GnRH preoperasi adalah untuk:
1.    Memudahkan pelepasan perlekatan denagn jaringan sekitar
2.    Pada pascaoperasi jarang ditemukan perlekatan usus
3.    Mengurangi volume uterus dan vilome mioma uterus
4.    Mengurangi anemia akibat perdarahan
5.    Mengurangi perdarahan pada saat operasi
6.    Dengan mengecilnya mioma maka dapat dilakukan tindakan laparoskopi, atau bila tidak mungkin melakukan tindakan laparoskopi, maka laparotomi dapat dilakukan dengan sayatan pfannenstiel
7.    Pada pengangkatan mioma uterus tidak diperlukan insisi yang luas sehingga kerusakan miometrium menjadi minimal
8.    Mempermudah pengangkatan mioma submukosum dengan histeroskopi
9.    Mempermudah melakukan vaginal histerektomi. Analog GnRH sebaiknya diberikan pada mioma yang besarnya sesuai usia kehamilan 14 sampai 18 minggu. Bila besarnya melampaui 18 minggu, maka pemberian GnRH tidak relevan lagi
10.    Bila situasi pasien yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operatif, maka dapat dicoba lakukan pemberian analog GnRH jangka panjang untuk sekedar menekan pertumbuhan mioma uterus lebih jauh. Perlah dilakukan publikasi pemberian analog GnRH selama 2 tahun pada 51 wanita premenopause dengan mioma utersu yang menolak dilakukan tindakan operatif. Untuk mengatasi efek samping dari jangka panjang pemberian analog GnRH berupa hipoestrogen, maka diberikan estrogen-progesteron sebagai addback theraphy. Untuk mencegah osteoporosis dapat juga diberikan kalsium atau bifosfonat.


2.7.3 Tindakan Operatif
1. Myomectomi
Myomectomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Myomectomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan dan syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan kemungkinan keganasan Myomectomi cukup berhasil untuk mengontrol perdarahan kronik akibat myoma.
Tindakan myomectomi dapat dikerjakan misalnya dengan extirpasi melalui vagina pada myom geburt. Malah sekarang ini myomectomi dapat dikerjakan dengan histeroskopi untuk kasus myoma submucosa dan dengan laparaskopi untuk kasus myoma subserosa Angka kemungkinan terjadi kehamilan setelah myomectomi adalah 30-50%.
Perlu diingat untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi segera setelah dilatasi kuretase dan myomectomi untuk menyingkirkan myosarcoma atau mixed mesodermal sarcoma.
Kerugian myomectomi adalah:
1)   Melemahkan dinding uterus – ruptura uteri pada waktu hamil
2)   Menyebabkan perlekatan
2.    Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau per vaginam. Histerektomi pervaginam sulit karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Histerektomi pervaginam diperlukan bila ada perbaikan cystocele, rectocele atau enterocele dan akan lebih mudah bila disertai prolapsus uteri.
Histerektomi secara umum dilakukan pada myoma yang besar dan multiple. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supra vaginal (sub total) hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya dan bila histerektomi supravaginal ini dilakukan maka pemeriksaan pap smear harus dilakukan 1 tahun sekali.
Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau ke-2 ovarium, maksudnya untuk:
1)   Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
2)   Menjaga gangguan coronair atau aterosclerosis umum
2.7.4 Radioterapi
Tindakan ini bertujuan untuk agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan nantinya.
Syarat-syarat dilakukan radioterapi adalah:
1.    Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
2.    Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
3.    Bukan jenis submucosa
4.    Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
5.    Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause
6.    Tidak ada keganasan uterus
2.7.5 Uteri Fibroid Embolization
Sinonim dari uterine artery embolization dilakukan oleh ahli radiologi. Terapi ini dilakukan dalam keadaan pasien sadar tetapi diberi sedatif dan anti nyeri. Terapi ini tidak memerlukan anestesi umum. Dilakukan dengan memasukan kateter ke dalam arteri femoralis. Dengan gambaran imaging radiologis memasukan kateter ke dalam artery dan melepaskan partikel ke dalam arteri yang memberi suplai darah kepada mioma uteri tersebut. Hal tersebut dapat membuat mioma menjadi mengecil dan akhirnya mati.

2.8    Komplikasi
2.8.1   Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause.
2.8.2   Torsi (Putaran Tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
2.8.3   Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder (Prawiroharjo, 1996)

2.9    Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio Caesarea) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
 

2.10     Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.10.1                  Pengkajian Data Subyektif
2.10.1.1   Identitas
Nama              :  Berisi nama klien untuk memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan pasien dan pada ibu hamil nama suami juga perlu ditanyakan
Umur              :  Untuk mengetahui apakah usia ibu termasuk dalam kelompok beresiko tinggi atau tidak. Usia reproduksi yang baik antara 20-35 tahun
Pekerjaan        :  Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pekerjaan ibu pada kehamilannya
Pendidikan     :  Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu berkaitan dengan bagaimana cara kita memberi asuhan
Agama            :  Untuk mengetahui kebiasaan ibu berkaitan dengan agama yang dianut
Suku/Bangsa   : Untuk mengetahui apa saja kebiasaan ibu saat hamil berkaitan dengan sosial budayanya
Alamat            :  Untuk mengetahui tempat tinggal ibu dan bagaimana lingkungan sekitar tempat tinggal ibu
2.10.1.2   Keluhan Utama
Ibu biasanya mengeluh adanya perdarahan yang abnormal: hipermenore, menorargia, metrorargia, menometorargia. Mengeluh nyeri pada perut, retensio uri, poliuri, edema pada tungkai dan pusing.
2.10.1.3   Riwayat Menstruasi
Menarche          : Kapan pertama kali ibu mendapat menstruasi
Siklus                : Biasanya tidak teratur
Lama                 : 7-8 hari
Banyaknya        : Ganti 3 – 4 pembalut/hari
Warna  Darah    : Merah kehitaman kadang bergumpal
Dysmenorrhea   : Ya, pada saat sebelum, selama maupun setelah haid
Fluor Albus       : Kadang-kadang terdapat flour albus
Bau                    : Kadang-kadang berbau
Warna                : Kekuningan, kehijauan
Gatal/Tidak       : Biasanya gatal
2.10.1.4   Status Perkawinan
Kawin/tidak, usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali menikah
2.10.1.5   Riwayat Obstetris
Berisi riwayat kehamiln ibu yang lalu. Berisi: jumlah anak, jenis kelamin, penolong persalinan, jenis persalinan, berat badan, anak saat lahir dan umur anak sekarang
2.10.1.6   Riwayat Kesehatan Klien
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita dan sedang diderita ibu seperti penyakit Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma. Biasanya mengalami gangguan dalam siklus haid seperti Hipermenore, Menorargia, Metrorargia, Menometrorargia.
2.10.1.7   Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita dan sedang diderita ibu seperti penyakit Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma. Biasanya dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita sakit yang sama seperti tumor.
2.10.1.8   Pola Aktivitas Sehari-hari
1.    Pola Nutrisi
Hal yang perlu dikaji adalah nafsu makan, porsi makan dalam sehari, jumlah minum dan pola makan. Makanan dan minuman yang bermutu dan cukup mengandung gizi sangat diperlukan
2.    Pola Eliminasi
Perlu diketahui frekuensi dalam sehari. Biasanya nyeri pada saat BAK, poli uri dan retensi urine
3.    Pola Istirahat
Hal yang dikaji yaitu seberapa lama istirahat ibu
4.    Pola Aktivitas
Yang perlu diketahui adalah aktivitas sehari-hari ibu

5.    Pola hubungan seksual
Yang diperhatikan adalah apakah sampai saat ini ibu masih aktif melakukan hubungan seksual dengan suami, dan berapa kali frekueansinya dalam sebulan.

2.10.2                  Data Obyektif
2.10.2.1   Keadaan Umum       : Menilai keadaan umum ibu lemah atau tidak
2.10.2.2   Kesadaran                : Umumnya baik
2.10.2.3   Tanda-Tanda Vital
Suhu : Suhu normal yaitu 36,5oC-37,5oC. Jika lebih dari 38oC maka kemungkinan infeksi.
TD    : Tekanan darah normal 110/70 mmHg – 120/80 mmHg. Dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolic 15 mmHg atau lebih.
N       : Dalam keadaan santai, denyut nadi normal sekitar 60-80x/menit
RR    : Pernafasan normal sekitar 20-24x/menit
2.10.2.4   Inspeksi
Rambut             : Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu.
Muka                 : Terlihat pucat bila ibu anemia
Mata                  : Kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat. Sklera umumnya putih.
Mulut dan Gigi    :     Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya. Umumnya tidak ada masalah
Leher                 : Kaji adakah pembesaran kelenjar lymfe, kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis
Dada                 : Simetris atau tidak.Biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma menekan diafragma
Abdomen          : Umumnya ada benjolan. Lihat adakah bekas operasi.
Genetalia           : Ada tidaknya varises, oedem, condiloma lata dan condiloma aquaminata dan infeksi kelenjar bartholini. Pengeluaran fluor albus juga diperhatikan. Umumnya adanya keluaran darah
Anus                  : Ada atau tidak hemorhoid
Ekstremitas       : Perhatikan adakah oedem dan varises pada ekstremitas
2.10.2.5   Palpasi
Leher         : Ada tidaknya pembesaran kelenjar lymfe, pembesaran kelenjar thyroid, bendungan vena jugularis
Abdomen          : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, teraba massa pada uterus
2.10.2.6   Pemeriksaan Dalam
Teraba massa pada uterus dan terdapat nyeri tekan.
2.10.2.7   Pemeriksaan Penunjang
1.    USG
2.    Biopsi
3.    Hb

2.10.3    Assasement
2.10.3.1   Diagnosa                : Ny “.....” dengan myoma uteri
2.10.3.2   Masalah                  : Ibu merasa khawatir dengan kondisinya dan tindakan pengobatan selanjutnya
2.10.3.3   Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa Potensial   : Ny “.....” dengan myoma uteri terinfeksi/degenerasi
Masalah Potensial    : Ibu stress dengan kondisinya dan tindakan pengobatan selanjutnya
2.10.3.4   Kebutuhan Tindakan Segera
Konsultasi dan Kolaborasi dengan dokter spesialis Obsgyn. Bila pre operasi Konsultasi dengan dokter Anastesi.

2.10.4                  Planning
1.    Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ Dengan mengetahui tentang kondisinya, maka ibu dapat kooperatif dalam pemberian asuhan
2.    Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan medis selanjutnya
R/ Dengan tindakan medis yang tepat dan cepat dapat mengurangi keganasan dan komplikasi
3.    Berikan konseling tentang:
1)      Nutrisi
2)      Istirahat
3)      Aktivitas
4)      Personal Hygiene
R/ Konseling sangat penting untuk kelancaran pemberian asuhan
4.    Berikan dukungan pada ibu dan libatkan suami dalam pemberian asuhan
R/ Dukungan dan motivasi memperbaiki psikis ibu


BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1    Pengkajian Data Subjektif
Tanggal    : 26-10-2010                Oleh    : Ananda Dita Muriawati
Tempat     : Poli Kandungan RSUD Dr Soetomo Surabaya
No Reg     : 11097927
3.1.1 Biodata
Nama                          : Ny “H”                          Nama            : Tn S
Umur                          : 32 thn                            Umur            : 35 thn
Suku/Bangsa               : Jawa/Ind                       Suku/Bangsa  : Jawa/Ind
Agama                        : Islam                             Agama          : Islam
Pendidikan                 : SD                                 Pendidikan   : STM
Pekerjaan                    : IRT                                Pekerjaan      : Swasta
Alamat                        : Sukobanah, Sampang, Madura
3.1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa ada benjolan di perut bagian bawah 1 tahun yang lalu dan susah kencing sekitar 2 bulan.
3.1.3 Riwayat Menstruasi
Menarche                       : 14 thn
Siklus                             : 28 hari
Banyaknya                     : 2-3 kali ganti pembalut
Warna                            : Merah segar
Dismenorhea                  : Kadang-kadang pada saat haid
Teratur/Tidak                 : Teratur
Fluor Albus                    : tidak
3.1.4 Riwayat Perkawinan
Kawin                : 2x
Umur kawin       : 1. 16 thn
                    2. 16 thn
3. Lama              : 1. 3 bln
                      2. 16 thn
3.1.5 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu

3.1.6 Riwayat Kesehatan Klien
Ibu mengatakan tidak pernah menderita kanker atau tumor dan sedang tidak menderita penyakit Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma.
3.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang menderita kanker atau tumor dan sedang tidak menderita penyakit Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma.
3.1.8 Pola Aktivitas Sehari-hari
3.1.8.1   Pola Nutrisi
Sebelum sakit  : makan             : 3 x/hari (nasi, lauk, sayur)
                          minum             : 6-7 gelas/hari
Selama sakit    : makan              : 3 x/hari (nasi, lauk, sayur)
                          minum             : 6 gelas/hari
3.1.8.2  Pola Eliminasi
Sebelum sakit  : BAK               : 4-5 x/hari, BAB       : 1 x/hari
Selama sakit    : BAK               : 2 x/hari   , BAB       : 1 x/hari
3.1.8.3    Pola Istirahat
Sebelum sakit  : tidur siang       : ½ jam
                          tidur malam     : 7 jam
Selama sakit    : tidur siang       : 1 jam
                          tidur malam     : 7-8 jam
3.1.8.4   Pola Aktivitas
Ibu mengatakan sehari-hari hanya mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa seperti sebelum sakit
3.1.8.5   Pola hubungan seksual
Ibu mengatakan terakhir melakukan hubungan dengan suami sekitar 1 bulan yang lalu

3.2    Pengkajian Data Obyektif
3.2.1   Keadaan Umum  : baik
3.2.2   Kesadaran           : compos mentis
3.2.3   Tanda-Tanda Vital   : TD       : 110/70 mmHg   N        : 86 x/mnt
                                  S          : 36,8 oC             RR       : 24 x/mnt
3.2.4   Inspeksi
3.2.4.1  Rambut                       : bersih, tidak rontok.
3.2.4.2  Muka                          : tidak pucat, tidak oedem
3.2.4.3  Mata                           : Konjungtiva   : merah muda
                                 Sklera             : putih
3.2.4.4  Mulut dan Gigi           : Mukosa bibir  : lembab
                               Karies gigi      : tdk
3.2.4.5  Leher                          : Pembesaran kelenjar lymfe    : tdk
                               Pembesaran kelenjar tyroid    : tdk
                               Bendungan vena jugularis     : tdk
3.2.4.6  Dada                           : Simetris
3.2.4.7  Abdomen                    : Benjolan   : ada pada abdomen sebelah kiri
                                     Bekas Op : tdk ada
3.2.4.8  Genetalia                    : Varises     : tdk ada
                                     Oedem     : tdk ada
                                     Condiloma lata                      : tdk ada
                                     Condiloma aquaminata          : tdk ada
3.2.4.9  Anus                           : Hemorhoid     : tdk ada
3.2.4.10   Ekstremitas   : Atas               : oedem           : tdk
                                     Bawah            : oedem           : tdk
                                                              varises           : tdk
3.2.5   Palpasi
3.2.5.1  Leher                          :  Pembesaran kelenjar lymfe   : tdk
                                      Pembesaran kelenjar thyroid: tdk
                                      Bendungan vena jugularis    : tdk
3.2.5.2  Abdomen                    : Benjolan         : teraba pada abdomen sebelah kiri
                                                 Nyeri tekan    : ada (pada daerah benjolan)
3.2.6   Pemeriksaan Dalam
V/V              : fluxus: sedikit, fluor: tidak ada
P                  : tertutup, licin
CU                : membesar myomatik 16/18 minggu
AP D            : massa: tidak ada nyeri , nyeri: tidak
AP S             : massa: ada , nyeri: tidak
3.2.7   Pemeriksaan Penunjang
3.2.7.1  USG
Uterus membesar dengan gambaran myoma pada corpus posterior
Ø uterus                      : 11,47 cm x 8,62 cm x 10,40 cm
Ø myoma                    : 7, 94 cm x 6,58 cm
3.2.7.2  Thorax PA
Cor dan pulmo tak nampak ada kelainan
3.2.7.3  Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Glukosa darah puasa
98 mg/dl
<120 mg/dl
Glukosa darah 2 JPP
87 mg/dl
<140 mg/dl
SGOT
21 u/L
<38 u/L
SGPT
14 u/L
<41 u/L
Albumin
4,5 g/dL
3,8-4,4 g/dL
BUN
11,4
10,0-20,0
Kreatinin Serum
0,7
<12,5

3.3    Assesement
3.3.1   Diagnosa                  : Ny “H” dengan myoma uteri
3.3.2   Masalah                    : Ibu merasa khawatir dengan kondisinya dan tindakan pengobatan selanjutnya
3.3.3   Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa Potensial   : Ny “H” dengan myoma uteri terinfeksi/degenerasi
Masalah Potensial    : Ibu stress dengan kondisinya dan tindakan pengobatan selanjutnya
3.3.4   Kebutuhan Tindakan Segera
Konsultasi dan Kolaborasi dengan dokter spesialis Obsgyn. Bila pre operasi Konsultasi dengan dokter Jantung dan Anastesi.

3.4    Planning
1.    Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
E/ Ibu faham dengan pejelasan yang sudah diberikan
2.    Berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan medis selanjutnya
E/ Tindakan selanjutnya yang disarankan yaitu operasi pengangkatan myoma (myomektomy)
3. Menjelaskan pada ibu, bahwa untuk sembuh perlu dilakukan pengangkatan myoma dan myoma tidak bisa disembuhkan hanya dengan obat saja
E/ Ibu bersedia dilakukan operasi
4.    Memberikan dukungan pada ibu dan melibatkan suami dalam pemberian asuhan
E/ Ibu merasa sedikit tenang. Suami bersedia selalu mendampingi istrinya dalam masa pengobatan
5.    Memberikan konseling tentang:
1)  Nutrisi
2)   Istirahat
3)   Aktivitas
4)    Personal Hygiene
E/ Ibu dapat menjelaskan kembali tentang penjelasan yang sudah diberikan
6.    Mengirim ibu ke Poli Jantung untuk pemeriksaan diri lebih lanjut menjelang operasi
E/ Ibu sudah diberi surat pengantar untuk ke Poli Jantung
 

BAB 4
PEMBAHASAN

     Pada pembahasan ini disajikan tentang analisa data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada kasus Ny “K” dengan Myoma Uteri  pada tanggal 26 Oktober 2010 di Poli Kandungan  RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
4.1 Pengkajian Data Subjektif
4.1.1 Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa ada benjolan di perut bagian bawah 1 tahun yang lalu, sekarang nyeri walau tidak di tekan. Menurut Syaifuddin (1999) menjelaskan bahwa nyeri timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Sehingga ada kesesuaian antara teori dan kasus.
4.1.2 Riwayat Obstetri
Ibu mengatakan sampai sekarang belum punya anak dan pernah keguguran 1 kali. Menurut Prawirohardjo (1996), menjelasakan bahwa infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis submukosum, juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Sehingga ada kesesuaian antara teori dan kasus.
4.1.3 Pola Eliminasi
Ibu mengatakan susah kencing sekitar 2 bulan, BAK 2 x/hari. Menurut Syaifuddin (1999) menjelaskan bahwa besar dan tempat mioma uteri dapat menyebabkan retensio urin pada uretra
Sehingga ada kesesuaian antara teori dan kasus.
4.2 Pengkajian Data Objektif
4.2.1 Palpasi
Pada palpasi diperoleh hasil teraba benjolan pada perut sebelah kiri. Menurut Wiknjosastro (1999) yang menjelaskan bahwa apabila myoma Tumbuh di dinding uterus di antara serabut miometrium. Ukuran dan konsistensinya bervariasi, kalau besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
Sehingga ada kesesuaian antara teori dan kasus.
4.3 Assesment
Assesment dibuat berdasarkan pengkajian data secara subjektif dan objektif yang diperkuat dengan adanya data penunjang seperti USG. Terdapat kesesuaian antara kasus dan teori dalam penegakan diagnosa myoma uteri
4.4. Planning
Terdapat kesesuaian antara teori Indman (2001) dan kasus yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, kolaborasi dengan dokter tentang tindakan pengobatan selanjutnya, memberikan konseling, memberikan dukungan pada ibu dan melibatkan suami dalam pemberian asuhan.


BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Pada penyusunan laporan asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. “K” dengan Myoma Uteri yang dilakukan di Poli Kandungan RSUD Dr Soetomo  Surabaya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu dalam kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. “K” dengan Myoma Uteri  merupakan kasus yang menjadi perhatian karena bisa mengakibatkan perdarahan sehingga terjadi anemia.dan ibu sering sekali merasa nyeri. Selain hal tersebut diatas mulai dari pengkajian dan implementasi sudah sesuai dengan teori dan didapatkan banyak kesesuaian antara teori dengan prakteknya. Menurut Syaifuddin (1999) menjelaskan bahwa nyeri timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.

4.2 Saran
Bagi ibu yang memiliki keluhan seperti diatas penulis menyarankan agar ibu segera memeriksakan kondisinya  di petugas kesehatan, sehingga kondisi ibu terpantau dan bila terjadi komplikasi dapat ditangani sedini mungkin.
 
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Medica Asculapius
Hanifa Winkjosastro.1999.Tumor Jinak Pada Alat Genital. Ed. Kedua Cetakan Ketiga.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawirohardjo
Indman PD.All About Myomectomy.http://www.myomectomy.net (diakses 30 Okt 2010)
Ida Bagus Manuaba.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Sarwono Parwirohardjo.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scott, James.1995.Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:Widya Medika
Taber, Ben Zion.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC
www.hidayat2.wordpress.com (diakses tanggal 30 Okt 2010, pukul 17.58 WIB)
www.wikipedia.com (diakses tanggal 30 Okt 2010, pukul 18.20)