ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY
“H” DENGAN MYOMA UTERI
DI POLI
KANDUNGAN RSUD DR SOETOMO
SURABAYA
OLEH :
ANANDA DITA MURIAWATI
NIM P2782418005
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO SURABAYA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal jiga istilah Fibronoma,
leimioma ataupoun Fibrid (Saiufuddin, 1999).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur
25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma
uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat
(Saifuddin, 1999).
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post
menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma)
(Sastrawinata, 1988). Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari
5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak
berumur 35 – 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3
tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus
ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita
nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
Walaupun biasanya asimptomatik, leiomyomata dapat
menyebabkan banyak problema termasuk metrorrhagia dan menorrhagia, rasa sakit
bahkan infertilitas. Memang, perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan
indikasi yang paling banyak untuk dilakukan histerektomi.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2
Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mengerti mengenai pengertian myoma uteri
1.2.2.2 Mahasiswa mengerti mengenai macam-macam myoma
uteri
1.2.2.3 Mahasiswa mengerti mengenai tanda dan gejala
myoma uteri
1.2.2.4 Mahasiswa mengerti mengenai etiologi myoma
uteri
1.2.2.5 Mahasiswa mengerti mengenai patofisiologi
myoma uteri
1.2.2.6 Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanaan
myoma uteri
1.2.2.3 Mahasiswa mampu membuat konsep dasar asuhan
kebidanan pada ibu pro laparotomy myoma uteri
1.2.2.4 Mahasiswa mampu membuat pengkajian data pada
ibu dengan myoma uteri
1.2.2.5 Mahasiswa mampu membuat diagnosa/masalah pada
ibu dengan myoma uteri
1.2.2.6 Mahasiswa mampu membuat identifikasi diagnosa
potensial pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.6 Mahasiswa mampu membuat identifikasi
kebutuhan segera pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.7 Mahasiswa mampu mengembangkan
rencana/intervensi pada ibu dengan myoma uteri
1.2.2.8 Mahasiswa mampu membuat implementasi pada ibu
dengan myoma uteri
1.2.2.9 Mahasiswa mampu membuat evaluasi pada ibu
dengan myoma uteri
1.3
Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Penulis mendapatkan pengetahuan tentang penulisan laporan dan
pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu dengan myoma uteri
1.3.2 Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan
kebidanan yang baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Mioma
Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat (Manuaba,
2001)
2.1.2
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam
kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri,
leiomyoma uteri atau uterine fibroid (Prawirohardjo,1996)
2.1.3
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari
otot polos dan jaringan fibrosa (Sylvia A.P, 1994)
2.1.4
Leiomioma adalah tumor uterus jinak tak berkapsul, berbatas tegas otot polos
dengan beberapa elemen jaringan penyambung fibrosa (Taber, Ben Zion, 1994)
2.1.5
Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan komposisi jaringan ikat (http://hidayat2.wordpress.com diakses
tanggal 30 Okt 2010, pukul 17.58 WIB)
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Mioma Submukosum
Angka kejadiannya 5%. Berada di bawah
endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai
suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi
sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai
yang panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa
bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” yang sering mengalami nekrose atau ulserasi (Sastrawinata,
1988).
Gambar Klasifikasi Mioma
uteri
(Sumber: Faisal Yatim,2005)
Keterangan gambar :
2.2.2 Mioma Intramural
Mioma
terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau
multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol
(Sastrawinata, 1988).
2.2.3 Mioma Subserosum
Letaknya
di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan
menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada
jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa
yang bertangkai dapat menimbulkan torsi (Saifuddin, 1999).
2.2.4 Mioma Pedunkulata
2.3 Tanda dan Gejala
Mioma yang melekat ke dinding uterus dengan tangkai
yang bisa masuk ke peritoneal atau cavum uteri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya tanda dan gejala adalah besarnya
mioma uteri, lokasi dari mioma uteri dan perubahan terjadi pada mioma uteri
(Manuaba, 2001).
Berikut ini tanda dan gejalanya, yaitu :
2.3.1 Perdarahan Abnormal
1. Hipermenore
2. Menorargia
3. Metrorargia
4. Menometrorargia
Yang sering menyebabkan
perdarahan adalah jenis submukosa sebagai akibat pecahnya pembuluh darah.
Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan amenia yang berat.
Beberapa
faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain:
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia. Endometrium sampai Adeno
Karsinoma Endometrim.
2. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari bias
3. Atrofi Endometrium diatas Mioma Submukosum
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
2.3.2 Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma
yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan.
1. Torsi bertungkai
2. Infeksi pada mioma
2.3.3 Gejala dan Tanda Penekanan
Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Sehingga dapat menyebabkan:
1. Retensio urin pada uretra
2. Edema tungkai dan nyeri panggul pada pembuluh
darah dan limfe dipinggul
3. Konstipasi
2.3.4 Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup
atau menekan pars interstitialis submukosum, juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi
rongga uterus (Prawiroharjo,1996)
2.3.5 Gejala-Gejala Sekunder
1. Anemia
2. Lemah
3. Pusing-pusing
4. Sesak nafas
5. Asites
6. Polisitemia
2.4 Etiologi
Penyebab
dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa faktor
yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain:
2.4.1 Faktor Hormonal
Hormon
estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang
timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami
regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti
obesitas dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri.
2.4.2 Faktor genetik
Mioma
memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara
kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12.
2.4.3 Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada
cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
(Prawirohardjo, 1996)
2.4.4 Faktor Pertumbuhan
Faktor
pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos
dan fibroblas, yang mengontrol proliferasi sel dan merangsang pertumbuhan dari mioma.
2.4.5 Umur
Kebanyakan
wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun.
2.4.6 Menarche Dini
Menarche
dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali
2.4.7 Ras
Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki
resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan
wanita Caucasian.
2.4.8 Riwayat Keluarga
Jika
memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan resiko
2,5 kali lebih besar.
2.4.9 Berat Badan
Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada wanita yang
memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh
2.5 Patofisiologi
Skema
patofisiologi dari Myoma Uteri dapat dijabarkan sebagai berikut:
Skema Patofisiologi
dari Myoma Uteri
Sumber : Sarwono Prawiroharjo, 1996
Keterangan:
Myoma
awalnya dipengaruhi oleh faktor hormonal. Hormon yang berpengaruh adalah
Estrogen. Estrogen setiap bulannya dikeluarkan oleh GnRH untuk proses ovulasi
dan saat menstruasi. Apabila estrogen dikeluarkan dalam jumlah berlebih dan
mengenai sel-se immatur otot yang ada pada rahim yang terjadi yaitu munculnya Myoma
uteri. Maka dari itu, myoma uteri sering ditemukan pada wanita yang pada masa
reproduksi dan sangat jarang ditemui pada wanita saat sebelum hamil. Selain
faktor hormonal, myoma uteri berkembang karena faktor-faktor lain seperti umur,
ras, menarche dini, keturunan, berat badan (Prawiroharjo, 1996)
2.6 Perubahan Sekunder pada Myoma Uteri
Perubahan
sekunder pada Myoma Uteri ini didasarkan atas gambaran histopatologi dan terbagi
menjadi 2 bagian besar:
2.6.1 Degenerasi Jinak
1. Atrofi
Tanda
dan gejala-gejala berkurang atau menghilang sesuai dengan ukuran myoma yang
mengecil pada saat menopause atau sesudah kehamilan.
2. Degenerasi Hialin
Perubahan
ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut karena myoma telah
menjadi matang. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen dimana tumor
ini tetap berwarna putih tapi di dalamnya berwarna kuning, lembut bahkan
seperti gel/agar-agar (bergelatin).
3. Degenerasi Kistik
(Likuifikasi)
Merupakan
kelanjutan dari degenerasi kistik sehingga seluruh tumor menjadi mencair seolah-olah
menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium. Stress yang fisikal dapat
menyebabkan pecahnya tumor ini sehingga menyebabkan evakuasi isi cairan
tersebut ke dalam uterus, rongga peritoneum dan ruang retroperitoneal. Dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma.
4. Klasifikasi (Degenerasi
membatu)
Myoma
jenis subserosa yang tersering mengalami klasifikasi ini karena sirkulasi darah
yang terganggu dan terutama pada wanita berusia lanjut. Hal ini terjadi karena
presipitasi CaCO3 (calcium carbonate) dan fosfat sebagai kelanjutan dari
sirkulasi darah yang terganggu itu. Dengan rontgen, dapat terlihat dengan jelas
(opak) dan dikenal sebagai “ Womb Stone”.
5. Degenerasi Merah (Red or Carneous)
Terutama
terjadi pada kehamilan dan nifas dikarenakan trombosis vena dan kongesti dengan
perdarahan interstitial (nekrosis sub akut) sehingga pada irisan melintang
tampak seperti daging mentah dan merah yang diakibatkan penumpukan pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Selama kehamilan, ketika degenerasi merah ini
terjadi juga diikuti edema dan hipertrofi myometrium. Degenerasi merah ini
merupakan degenerasi dan infark yang aseptik. Biasanya pada degenerasi merah
juga menimbulkan rasa sakit yang biasanya akan sembuh sendiri dan tampak khas
apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam,
kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Tanda dan gejala
ini mirip dengan torsi tumor ovarium dan torsi mioma yang bertangkai. Komplikasi
potensial dari degenerasi dalam kehamilan meliputi kelahiran preterm dan sangat
jarang mencetuskan DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation).
6. Degenerasi Lemak (Myxomatous or Fatty)
Merupakan
degenerasi asimtomatik yang jarang terjadi dan adalah kelanjutan dari degenerasi
hialin dan kistik.
2.6.2 Degenerasi Malignansi/Sarcomatosa/Ganas
Myoma
uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6% dari seluruh
myoma serta merupakan 50-75% dari semua jenis sarkoma uteri. Kecurigaan
malignansi apabila myoma uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran myoma pada
menopause.
2.7 Penatalaksanaan
Pilihan
pengobatan myoma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan
untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi
serta jenis myoma uteri itu sendiri.
2.7.1 Konservatif dengan Pemeriksaan Periodik
Tidak
semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa terutama
bila myoma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya setiap
3-6 bulan pemeriksaan pelvic dan atau USG pelvic seharusnya diulang.
Pada
wanita menopause, myoma biasanya tidak memberikan keluhan Bahkan pertumbuhan
myoma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut Estrogen harus digunakan
dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan myoma
atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus diperiksa dengan
pemerikaan pelvic dan USG pelvic setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita
myoma uteri sering mengalami menopause yang terlambat. Bila didapatkan
pembesaran myoma pada masa post menopause, harus dicurigai kemungkinan
keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi total.
2.7.2 Pengobatan
Medikamentosa dengan GnRH
Pada
umumnya, pengobatan mioma uterus dilakukan secara operatif (miomektomi atau
histerektomi), karena dahulu memang belum ditemukan pengobatan medikamentosa
yang efektif untuk mioma uterus. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan mioma
dapat dipicu oleh estrogen, sehingga dewasa ini terlah tersedia jenis obat yang
dapat menekan pertumbuhan serta mengurangi pembesaran mioma. Obat tersebut
adalah analog GnRH. Perlu ditekankan bahwa pemberian GnRH bukan untuk
menghilangkan mioma melainkan untuk mepermudah tindakan operatif dan mengurangi
histerektomi. Oleh karena itu GnRH diberikan sebelum tindakan peratif.
Penelitian multisenter dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uterus yang
diberikan GnRH leuprolein asetat selama 6 bulan, didapatkan data sebagai
berikut: selama penggunaan analog GnRH ditemukan pengurangan volume uterus
rata-rata 67% , pada 90 wanita didapatkan pengurangan volume mioma uterus
sebanyak 80%. Bila dilihat secara keseluruhan, maka rata-rata pengecilan mioma
uterus terjadi sebanyak 44%.
Efek
maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan
berikutnya tidak terjadi pengurangan yang berarti. Setiap mioma memberikan
hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH. Ada mioma uterus yang
sama sekali tidak memberikan respon terhadap analog GnRH. Makin tinggi kadar
reseptor estrogen suatu mioma, makin tinggi pula respon terhadap analog GnRH.
Pemberian analog GnRH menyebabkan perubahan degeneratif dari mioma, sehingga sensitivitas
steroid menurun. Setelah selesai pemberian analog GnRH, maka sintesis steroid
yang tadinya terhambat, akan muncul kembali, sehingga 4 bulan setelah
pengobatan, mioma membesar kembali seperti semula.
Mioma
submukosum merupakan mioma uterus yang paling responsif terhadap pemberian
analog GnRH. Mioma uterus yang kromosomnya menunjukkan penyimpangan dari yang
normal merupakan mioma yang paling tidak responsif terhadap pemberian GnRH
analog. Mioma subserosum merupakan mioma yang paling banyak mengalami
penyimpangan, sehingga mioma jenis ini paling tidak responsif terhadap pemberian
analog GnRH. Mioma submukosum dan intramural tidak banyak mengalami aberasi kromosom
Keuntungan
pemberian analog
GnRH preoperasi adalah untuk:
1.
Memudahkan pelepasan perlekatan
denagn jaringan sekitar
2.
Pada pascaoperasi jarang
ditemukan perlekatan usus
3.
Mengurangi volume uterus dan
vilome mioma uterus
4.
Mengurangi anemia akibat
perdarahan
5.
Mengurangi perdarahan pada saat
operasi
6.
Dengan mengecilnya mioma maka
dapat dilakukan tindakan laparoskopi, atau bila tidak mungkin melakukan
tindakan laparoskopi, maka laparotomi dapat dilakukan dengan sayatan
pfannenstiel
7.
Pada pengangkatan mioma uterus
tidak diperlukan insisi yang luas sehingga kerusakan miometrium menjadi minimal
8.
Mempermudah pengangkatan mioma
submukosum dengan histeroskopi
9.
Mempermudah melakukan vaginal
histerektomi. Analog GnRH sebaiknya diberikan pada mioma yang besarnya sesuai
usia kehamilan 14 sampai 18 minggu. Bila besarnya melampaui 18 minggu, maka
pemberian GnRH tidak relevan lagi
10.
Bila situasi pasien yang ada
tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operatif, maka dapat dicoba lakukan
pemberian analog GnRH jangka panjang untuk sekedar menekan pertumbuhan mioma
uterus lebih jauh. Perlah dilakukan publikasi pemberian analog GnRH selama 2
tahun pada 51 wanita premenopause dengan mioma utersu yang menolak dilakukan
tindakan operatif. Untuk mengatasi efek samping dari jangka panjang pemberian
analog GnRH berupa hipoestrogen, maka diberikan estrogen-progesteron sebagai
addback theraphy. Untuk mencegah osteoporosis dapat juga diberikan kalsium atau
bifosfonat.
2.7.3 Tindakan Operatif
1. Myomectomi
Myomectomi adalah pengambilan
sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Myomectomi dilakukan bila masih
menginginkan keturunan dan syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu
untuk menghilangkan kemungkinan keganasan Myomectomi cukup berhasil untuk
mengontrol perdarahan kronik akibat myoma.
Tindakan
myomectomi dapat dikerjakan misalnya dengan extirpasi melalui vagina pada myom
geburt. Malah sekarang ini myomectomi dapat dikerjakan dengan histeroskopi
untuk kasus myoma submucosa dan dengan laparaskopi untuk kasus myoma subserosa
Angka kemungkinan terjadi kehamilan setelah myomectomi adalah 30-50%.
Perlu
diingat untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi segera setelah dilatasi
kuretase dan myomectomi untuk menyingkirkan myosarcoma atau mixed mesodermal
sarcoma.
Kerugian
myomectomi adalah:
1) Melemahkan dinding uterus
– ruptura uteri pada waktu hamil
2) Menyebabkan perlekatan
2. Histerektomi
Histerektomi
adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau per vaginam. Histerektomi
pervaginam sulit karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada
perlekatan dengan sekitarnya. Histerektomi pervaginam diperlukan bila ada
perbaikan cystocele, rectocele atau enterocele dan akan lebih mudah bila
disertai prolapsus uteri.
Histerektomi
secara umum dilakukan pada myoma yang besar dan multiple. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis
uteri. Histerektomi supra vaginal (sub total) hanya dilakukan apabila terdapat
kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya dan bila histerektomi
supravaginal ini dilakukan maka pemeriksaan pap smear harus dilakukan 1 tahun
sekali.
Pada
wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau ke-2 ovarium, maksudnya untuk:
1) Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
2) Menjaga gangguan coronair atau aterosclerosis umum
2.7.4 Radioterapi
Tindakan
ini bertujuan untuk agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan nantinya.
Syarat-syarat
dilakukan radioterapi adalah:
1. Hanya dilakukan pada
wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
2. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
3. Bukan jenis submucosa
4. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada
rectum
5. Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat
menyebabkan menopause
6. Tidak ada keganasan uterus
2.7.5 Uteri Fibroid
Embolization
Sinonim
dari uterine artery embolization dilakukan oleh ahli radiologi. Terapi ini
dilakukan dalam keadaan pasien sadar tetapi diberi sedatif dan anti nyeri.
Terapi ini tidak memerlukan anestesi umum. Dilakukan dengan
memasukan kateter ke dalam arteri femoralis. Dengan gambaran imaging radiologis
memasukan kateter ke dalam artery dan melepaskan partikel ke dalam arteri yang
memberi suplai darah kepada mioma uteri tersebut. Hal tersebut dapat membuat mioma menjadi
mengecil dan akhirnya mati.
2.8 Komplikasi
2.8.1 Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh
dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari semua sarkoma uteri. Ini timbul
apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah
menopause.
2.8.2 Torsi (Putaran Tungkai)
Ada kalanya tungkai pada
mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak,
tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan
nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
2.8.3 Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum,
yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis
dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder (Prawiroharjo, 1996)
2.9 Prognosis
Histerektomi
dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau
menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio Caesarea) pada persalinan berikutnya. Myoma yang
kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan
2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
2.10 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.10.1
Pengkajian Data Subyektif
2.10.1.1
Identitas
Nama : Berisi nama klien untuk memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan pasien
dan pada ibu hamil nama suami juga perlu ditanyakan
Umur : Untuk mengetahui apakah usia ibu termasuk
dalam kelompok beresiko tinggi atau tidak. Usia reproduksi yang baik antara
20-35 tahun
Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pekerjaan
ibu pada kehamilannya
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu
berkaitan dengan bagaimana cara kita memberi asuhan
Agama : Untuk mengetahui kebiasaan ibu berkaitan
dengan agama yang dianut
Suku/Bangsa : Untuk mengetahui apa saja kebiasaan ibu saat hamil berkaitan
dengan sosial budayanya
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal ibu dan
bagaimana lingkungan sekitar tempat tinggal ibu
2.10.1.2
Keluhan Utama
Ibu
biasanya mengeluh adanya perdarahan yang abnormal: hipermenore, menorargia,
metrorargia, menometorargia. Mengeluh nyeri pada perut, retensio uri, poliuri, edema pada
tungkai dan pusing.
2.10.1.3
Riwayat Menstruasi
Menarche : Kapan pertama kali ibu mendapat menstruasi
Siklus : Biasanya tidak teratur
Lama : 7-8 hari
Banyaknya : Ganti 3 – 4
pembalut/hari
Warna Darah : Merah kehitaman kadang bergumpal
Dysmenorrhea : Ya, pada saat sebelum,
selama maupun setelah haid
Fluor Albus : Kadang-kadang terdapat
flour albus
Bau : Kadang-kadang berbau
Warna : Kekuningan, kehijauan
Gatal/Tidak : Biasanya gatal
2.10.1.4
Status Perkawinan
Kawin/tidak,
usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali menikah
2.10.1.5
Riwayat Obstetris
Berisi riwayat kehamiln ibu yang lalu. Berisi:
jumlah anak, jenis kelamin, penolong persalinan, jenis persalinan, berat
badan, anak saat lahir dan umur anak sekarang
2.10.1.6
Riwayat Kesehatan Klien
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita dan
sedang diderita ibu seperti penyakit Jantung, DM, TBC, Hepatitis,
Ginjal, Asma. Biasanya mengalami gangguan dalam siklus haid seperti
Hipermenore, Menorargia, Metrorargia, Menometrorargia.
2.10.1.7
Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita dan
sedang diderita ibu seperti penyakit Jantung, DM, TBC,
Hepatitis, Ginjal, Asma. Biasanya dalam keluarga terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita sakit yang sama seperti tumor.
2.10.1.8
Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Hal yang perlu dikaji adalah
nafsu makan, porsi makan dalam sehari, jumlah minum dan pola makan. Makanan dan minuman yang bermutu dan cukup mengandung gizi sangat diperlukan
2.
Pola Eliminasi
Perlu diketahui frekuensi
dalam sehari. Biasanya nyeri pada saat BAK, poli uri dan retensi urine
3.
Pola Istirahat
Hal yang dikaji yaitu seberapa lama istirahat ibu
4.
Pola Aktivitas
Yang perlu diketahui adalah aktivitas sehari-hari ibu
5.
Pola hubungan seksual
Yang diperhatikan adalah apakah sampai
saat ini ibu masih aktif melakukan hubungan seksual dengan suami, dan berapa
kali frekueansinya dalam sebulan.
2.10.2
Data Obyektif
2.10.2.1
Keadaan Umum : Menilai keadaan umum ibu lemah atau tidak
2.10.2.2
Kesadaran : Umumnya baik
2.10.2.3
Tanda-Tanda
Vital
Suhu : Suhu normal yaitu 36,5oC-37,5oC. Jika lebih dari 38oC
maka kemungkinan infeksi.
TD : Tekanan darah normal 110/70 mmHg – 120/80 mmHg.
Dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat
yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolic 15 mmHg atau lebih.
N : Dalam keadaan santai, denyut nadi normal sekitar 60-80x/menit
RR : Pernafasan normal sekitar
20-24x/menit
2.10.2.4
Inspeksi
Rambut : Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang
gizi atau ada kelainan tertentu.
Muka : Terlihat pucat
bila ibu anemia
Mata : Kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva
pucat. Sklera umumnya putih.
Mulut dan Gigi : Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya.
Umumnya tidak ada masalah
Leher : Kaji adakah
pembesaran kelenjar lymfe, kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis
Dada : Simetris atau tidak.Biasanya terdapat sesak
nafas karena pembesaran mioma menekan diafragma
Abdomen : Umumnya ada benjolan. Lihat adakah bekas
operasi.
Genetalia : Ada tidaknya varises, oedem, condiloma lata dan
condiloma aquaminata dan infeksi kelenjar bartholini. Pengeluaran fluor albus
juga diperhatikan. Umumnya adanya keluaran darah
Anus : Ada atau tidak hemorhoid
Ekstremitas : Perhatikan adakah oedem dan varises pada
ekstremitas
2.10.2.5
Palpasi
Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar lymfe,
pembesaran kelenjar thyroid, bendungan vena jugularis
Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah,
teraba massa pada uterus
2.10.2.6
Pemeriksaan Dalam
Teraba massa pada
uterus dan terdapat nyeri tekan.
2.10.2.7
Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2.
Biopsi
3.
Hb
2.10.3
Assasement
2.10.3.1 Diagnosa :
Ny “.....” dengan myoma uteri
2.10.3.2 Masalah : Ibu merasa khawatir dengan kondisinya dan tindakan pengobatan selanjutnya
2.10.3.3 Diagnosa dan Masalah Potensial
Diagnosa
Potensial : Ny “.....” dengan myoma uteri terinfeksi/degenerasi
Masalah Potensial : Ibu stress dengan kondisinya dan tindakan pengobatan selanjutnya
2.10.3.4 Kebutuhan Tindakan Segera
Konsultasi dan Kolaborasi dengan dokter spesialis Obsgyn.
Bila pre operasi Konsultasi dengan dokter Anastesi.
2.10.4
Planning
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ Dengan mengetahui tentang kondisinya, maka ibu
dapat kooperatif dalam pemberian asuhan
2. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan medis
selanjutnya
R/
Dengan tindakan medis yang tepat dan cepat dapat mengurangi keganasan dan
komplikasi
3. Berikan konseling tentang:
1) Nutrisi
2) Istirahat
3) Aktivitas
4) Personal Hygiene
R/
Konseling sangat penting untuk kelancaran pemberian asuhan
4. Berikan dukungan pada ibu dan libatkan suami dalam
pemberian asuhan
R/
Dukungan dan motivasi memperbaiki psikis ibu
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
Subjektif
Tanggal : 26-10-2010 Oleh : Ananda
Dita Muriawati
Tempat : Poli
Kandungan RSUD Dr Soetomo Surabaya
No Reg : 11097927
3.1.1 Biodata
Nama : Ny “H” Nama : Tn
“S”
Umur :
32 thn Umur : 35 thn
Suku/Bangsa :
Jawa/Ind Suku/Bangsa : Jawa/Ind
Agama :
Islam Agama : Islam
Pendidikan :
SD Pendidikan : STM
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Sukobanah,
Sampang, Madura
3.1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa ada benjolan di perut bagian
bawah 1 tahun yang lalu dan susah kencing sekitar 2 bulan.
3.1.3 Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 thn
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Warna : Merah segar
Dismenorhea : Kadang-kadang
pada saat haid
Teratur/Tidak : Teratur
Fluor Albus : tidak
3.1.4 Riwayat Perkawinan
Kawin : 2x
Umur kawin : 1. 16 thn
2. 16 thn
3. Lama : 1. 3 bln
2. 16
thn
3.1.5 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
3.1.6 Riwayat Kesehatan Klien
Ibu mengatakan tidak
pernah menderita kanker atau tumor dan sedang tidak menderita penyakit Jantung,
DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma.
3.1.7 Riwayat Kesehatan
Keluarga
Ibu mengatakan keluarga
tidak ada yang menderita kanker atau tumor dan sedang tidak menderita penyakit
Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma.
3.1.8
Pola Aktivitas Sehari-hari
3.1.8.1
Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan :
3 x/hari (nasi, lauk, sayur)
minum :
6-7 gelas/hari
Selama sakit :
makan : 3 x/hari (nasi, lauk,
sayur)
minum :
6 gelas/hari
3.1.8.2 Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAK : 4-5 x/hari, BAB : 1 x/hari
Selama sakit : BAK :
2 x/hari , BAB : 1 x/hari
3.1.8.3
Pola Istirahat
Sebelum sakit :
tidur siang : ½ jam
tidur malam :
7 jam
Selama sakit :
tidur siang : 1 jam
tidur malam :
7-8 jam
3.1.8.4 Pola Aktivitas
Ibu mengatakan
sehari-hari hanya mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa seperti sebelum
sakit
3.1.8.5
Pola hubungan seksual
Ibu mengatakan terakhir
melakukan hubungan dengan suami sekitar 1 bulan yang lalu
3.2
Pengkajian Data Obyektif
3.2.1
Keadaan Umum : baik
3.2.2
Kesadaran : compos mentis
3.2.3
Tanda-Tanda
Vital :
TD : 110/70 mmHg N :
86 x/mnt
S : 36,8 oC RR :
24 x/mnt
3.2.4 Inspeksi
3.2.4.1
Rambut : bersih, tidak rontok.
3.2.4.2
Muka : tidak pucat, tidak
oedem
3.2.4.3
Mata : Konjungtiva : merah muda
Sklera :
putih
3.2.4.4
Mulut dan
Gigi : Mukosa bibir : lembab
Karies gigi :
tdk
3.2.4.5 Leher : Pembesaran kelenjar
lymfe : tdk
Pembesaran kelenjar tyroid : tdk
Bendungan vena jugularis : tdk
3.2.4.6 Dada :
Simetris
3.2.4.7 Abdomen :
Benjolan : ada pada abdomen sebelah kiri
Bekas Op :
tdk ada
3.2.4.8 Genetalia :
Varises : tdk ada
Oedem : tdk ada
Condiloma
lata : tdk ada
Condiloma aquaminata : tdk ada
3.2.4.9 Anus :
Hemorhoid : tdk ada
3.2.4.10
Ekstremitas : Atas : oedem :
tdk
Bawah : oedem :
tdk
varises :
tdk
3.2.5
Palpasi
3.2.5.1 Leher :
Pembesaran kelenjar lymfe : tdk
Pembesaran kelenjar thyroid: tdk
Bendungan vena jugularis : tdk
3.2.5.2 Abdomen :
Benjolan : teraba pada abdomen
sebelah kiri
Nyeri tekan :
ada (pada daerah benjolan)
3.2.6
Pemeriksaan
Dalam
V/V : fluxus: sedikit, fluor: tidak
ada
P : tertutup, licin
CU : membesar myomatik 16/18 minggu
AP D : massa: tidak ada nyeri , nyeri:
tidak
AP S : massa: ada , nyeri: tidak
3.2.7
Pemeriksaan
Penunjang
3.2.7.1
USG
Uterus membesar dengan gambaran myoma pada corpus
posterior
Ø uterus : 11,47 cm x 8,62 cm x
10,40 cm
Ø myoma : 7, 94 cm x 6,58 cm
3.2.7.2
Thorax PA
Cor dan pulmo tak nampak ada kelainan
3.2.7.3 Laboratorium
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
Normal
|
Glukosa darah puasa
|
98
mg/dl
|
<120
mg/dl
|
Glukosa darah 2 JPP
|
87
mg/dl
|
<140
mg/dl
|
SGOT
|
21
u/L
|
<38
u/L
|
SGPT
|
14
u/L
|
<41
u/L
|
Albumin
|
4,5
g/dL
|
3,8-4,4
g/dL
|
BUN
|
11,4
|
10,0-20,0
|
Kreatinin Serum
|
0,7
|
<12,5
|
3.3
Assesement
3.3.1
Diagnosa : Ny “H” dengan myoma uteri
3.3.2
Masalah : Ibu merasa khawatir dengan
kondisinya dan tindakan pengobatan selanjutnya
3.3.3
Diagnosa
dan Masalah Potensial
Diagnosa Potensial : Ny “H” dengan myoma uteri
terinfeksi/degenerasi
Masalah Potensial :
Ibu stress dengan kondisinya dan tindakan
pengobatan
selanjutnya
3.3.4
Kebutuhan
Tindakan Segera
Konsultasi dan Kolaborasi dengan
dokter spesialis Obsgyn. Bila pre operasi Konsultasi dengan dokter Jantung dan Anastesi.
3.4
Planning
1.
Menjelaskan
hasil pemeriksaan pada ibu
E/ Ibu faham dengan pejelasan yang sudah diberikan
2.
Berkolaborasi
dengan dokter untuk tindakan medis selanjutnya
E/ Tindakan selanjutnya yang disarankan yaitu
operasi pengangkatan myoma (myomektomy)
3. Menjelaskan
pada ibu, bahwa untuk sembuh perlu dilakukan pengangkatan myoma dan myoma tidak
bisa disembuhkan hanya dengan obat saja
E/ Ibu bersedia dilakukan operasi
4.
Memberikan
dukungan pada ibu dan melibatkan suami dalam pemberian asuhan
E/ Ibu merasa sedikit tenang. Suami bersedia
selalu mendampingi istrinya dalam masa pengobatan
5.
Memberikan
konseling tentang:
1) Nutrisi
2)
Istirahat
3) Aktivitas
4)
Personal
Hygiene
E/ Ibu dapat
menjelaskan kembali tentang penjelasan yang sudah diberikan
6.
Mengirim ibu
ke Poli Jantung untuk pemeriksaan diri lebih lanjut menjelang operasi
E/ Ibu sudah
diberi surat pengantar untuk ke Poli Jantung
BAB
4
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini disajikan tentang analisa data yang diperoleh dari
hasil pengkajian pada kasus
Ny “K”
dengan Myoma Uteri pada tanggal 26 Oktober 2010 di Poli Kandungan RSUD
Dr. Soetomo Surabaya.
4.1 Pengkajian Data
Subjektif
4.1.1 Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa ada benjolan di perut bagian
bawah 1 tahun yang lalu, sekarang nyeri walau tidak di tekan. Menurut
Syaifuddin (1999) menjelaskan bahwa nyeri timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Sehingga ada kesesuaian antara teori dan kasus.
4.1.2 Riwayat Obstetri
Ibu mengatakan sampai
sekarang belum punya anak dan pernah keguguran 1 kali. Menurut Prawirohardjo
(1996), menjelasakan bahwa infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma
menutup atau menekan pars interstitialis submukosum, juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Sehingga ada kesesuaian
antara teori dan kasus.
4.1.3 Pola Eliminasi
Ibu mengatakan susah
kencing sekitar 2 bulan, BAK 2 x/hari. Menurut Syaifuddin (1999) menjelaskan
bahwa besar dan tempat mioma uteri dapat menyebabkan retensio urin pada uretra
Sehingga ada kesesuaian
antara teori dan kasus.
4.2
Pengkajian Data Objektif
4.2.1 Palpasi
Pada palpasi diperoleh
hasil teraba benjolan pada perut sebelah kiri. Menurut Wiknjosastro (1999) yang
menjelaskan bahwa apabila myoma Tumbuh di dinding uterus di antara serabut
miometrium. Ukuran dan konsistensinya bervariasi, kalau besar atau multipel
dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
Sehingga ada kesesuaian
antara teori dan kasus.
4.3
Assesment
Assesment
dibuat berdasarkan pengkajian data secara subjektif dan objektif yang diperkuat
dengan adanya data penunjang seperti USG. Terdapat kesesuaian antara kasus dan
teori dalam penegakan diagnosa myoma uteri
4.4.
Planning
Terdapat kesesuaian
antara teori Indman (2001) dan kasus yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan pada
ibu, kolaborasi dengan dokter tentang tindakan pengobatan selanjutnya,
memberikan konseling, memberikan dukungan pada ibu dan melibatkan suami dalam
pemberian asuhan.
BAB 5
PENUTUP
5.1
Simpulan
Pada penyusunan laporan
asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. “K” dengan Myoma Uteri yang dilakukan di Poli
Kandungan RSUD
Dr Soetomo Surabaya, maka penulis dapat
menarik kesimpulan yaitu dalam kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. “K” dengan Myoma Uteri merupakan kasus yang menjadi perhatian karena
bisa mengakibatkan perdarahan sehingga terjadi anemia.dan ibu sering sekali merasa nyeri.
Selain hal tersebut diatas mulai dari pengkajian dan implementasi sudah sesuai
dengan teori dan didapatkan
banyak kesesuaian antara teori dengan prakteknya. Menurut Syaifuddin (1999)
menjelaskan bahwa nyeri timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
4.2 Saran
Bagi ibu yang memiliki keluhan seperti diatas penulis
menyarankan agar ibu segera
memeriksakan kondisinya di petugas kesehatan, sehingga kondisi ibu
terpantau dan bila terjadi komplikasi dapat ditangani sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Arif
Mansjoer.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Medica
Asculapius
Hanifa
Winkjosastro.1999.Tumor Jinak Pada Alat
Genital. Ed. Kedua Cetakan Ketiga.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka-Sarwono
Prawirohardjo
Indman
PD.All About Myomectomy.http://www.myomectomy.net
(diakses 30 Okt 2010)
Ida Bagus Manuaba.1998.Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Sarwono Parwirohardjo.2007.Ilmu
Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scott,
James.1995.Danforth Buku Saku Obstetri
dan Ginekologi.Jakarta:Widya Medika
Taber,
Ben Zion.1994.Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC
www.hidayat2.wordpress.com
(diakses tanggal 30 Okt 2010, pukul 17.58 WIB)
www.wikipedia.com
(diakses tanggal 30 Okt 2010, pukul 18.20)